Inilah Marion Apitule Sudewo, Penerjemah Pertama Komik Petualangan Tintin

Kisah Petualangan Tintin pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1975. Saat pertama kali diterjemahkan, seri komik pertualangan yang mendunia ini berjudul Rahasia Pulau Hitam. Adalah Marion Apitule Sudewo (67), sosok berjasa di balik terbitnya serial Petualangan Tintin dengan bahasa Indonesia. Ayon, panggilan akrabnya, merupakan seorang wanita kelahiran Tanjung Pandan, Belitung, 9 Mei 1953 lalu. Ayon mulai menerjemahkan serial Petualangan Tintin pada tahun 1974 saat Ayon masih berusia 21 tahun.

Saat itu dia sedang menempuh pendidikan S1 di jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Ayon yang tak lagi muda, mengaku sudah lupa berapa banyak serial Petualangan Tintin yang sudah diterjemahkan. "Sepertinya tidak lebih dari 10 judul yang saya terjemahkan dulu," ujarnya. Ayon menceritakan, menerjemahkan serial Petualangan Tintin pengalaman yang seru. Ia sudah mengenal kisah sang wartawan yang cerdas dan cerdik itu sejak masih anak anak.

"Saya sudah kenal komik Tintin sejak masih anak anak, tapi waktu itu yang saya baca adalah komik komik Tintin dalam bahasa Belanda, judulnya KUIFJE." "Saya kenal Tintin saat masih anak anak. Waktu itu bukan dalam bahasa Prancis atau Inggris. Saya kenal (cerita) Tintin dalam bahasa Belanda, KUIFJE. Orang tua saya yang memberikan, saya tidak tahu dapatnya dari mana.Karena saya orang jaman dahulu kala, jadi di rumah itu dulu masih berbahasa Belanda," Ayon mengawali ceritanya. Dulu, ia melanjutkan cerita, Petualangan Tintin masih dalam buku. Bukunya, ukurannya persis seperti yang dikeluarkan Penerbit buku Indira, besar dan berwarna.

Saat itu, buku cerita Tintin berbahasa Belanda. "Dia (Tintin) pribadi yang cerdik, cerdas sekali, lincah. Dalam Serial Tintin ada yang lucu lucu, ada si Kapten Haddock, Profesor Lakmua, ada si Thomson and Thompson, yang bodoh bodoh itu. Banyak lucu lucunya juga, ceritanya seru, gambarnya bagus," katanya. Ayon kemudian mengingat ingat pertama kali menerjemahkan cerita Tintin. Caranya masih sangat primitif. Sekarang, sudah pakai world, kalau bisa mungkin Buble (Balon Kata dalam komik) sudah disediakan tinggal isi.

Setelah itu, tulisan akan dimasukkan ke bubble nya masing masing. Saat menerjemahkan, yang menjadi kendala utama harus meraba raba kira kira supaya muat (hasil terjemahan), jangan sampai terlalu panjang. Hasil terjemahan harus disesuaikan dengan Buble. Ada yang harus dipendekkan ia mencontohkan. "Yang paling sayang itu sumpah serapah Haddock tidak bisa panjang panjang, karena bahasa Indonesia lebih panjang. Saya harus hati hati berusaha sedapat mungkin, muat ke dalam Buble masing masing," lanjutnya.

Ayon kemudian mengingat kembali saat pertama kali menterjemahkan cerita Tintin, Rahasia Pulau Hitam. Usai diterjemahkan, tidak kembali kepadanya terlebih dahulu, tahu tahu sudah dicetak. "Tahu tahu udah dicetak. Saya pikir itu tulisan dimasukkan ke Buble ada mesinnya, ada apanya yang bisa memperkecil huruf supaya muat, ternyata tidak. Ternyata, ditulis tangan oleh orang yang tulisannya bagus," kata dia. Ia memperjelas, cerita Tintin dalam bahasa Indonesia pertama kali terjemahan ditulis dengan tangan. "Untung kalian semua sudah terlalu tua, tidak ada yang pernah melihat Rahasia Pulau Hitam cetakan pertama. Cetakan pertama itu kacau.Namanya orang nulis banyak tentu ada yang salah tulis," cerita Ayon.

Edisi kedua, sudah mulai dengan penerjemah plus editor. Ada kertas filmnya. Penulis naskah di Buble ditulis di kertas film. Setelah selesai ditulis, kembali naskahnya kepadanya. untuk diperiksa kembali. "Kalau sudah final baru dicetak. Jadi bukan hanya penerjemah, sekalian tukang periksa teks," kata dia. Ayon menerjemahkan cerita Tintin sampai tahun 1978 karena harus melanjutkan kuliah, mendapat beasiswa di Leiden. Ia tak begitu mengingat sudah berapa seri cerita Tintin yang sudah ia terjemahkan.

"Saya cuma tahu Rahasia Pulau Hitam, terus yang pasti ada Kepiting Bercapit Emas, Tujuh Bola Kristal. Black Gold juga, terus kalau tidak salah yang Unicorn juga," tambahnya. "Kalau mau lihat naskah saya lihat antara tahun 1975 sampai 1978. Saya tidak tahu persis, mungkin ada yang telat dikeluarkan sehingga tahun 1979 baru terbit. Tapi sepertinya tidak lebih dari 10 judul yang saya terjemahkan dulu," kata Ayon lagi. Ayon tak memungkiri, sangat suka dengan cerita Tintin kisah wartawan cerdik ini. Hal itu yang membuatnya mau menerjemahkan serial cerita itu.

"Pokoknya supaya kita menikmati ramai ramai, ini Tintin lucu, ceritanya menyenangkan. Kalau ada dalam bahasa Indonesia akan lebih banyak lagi orang yang kenal," ujarnya semringah. Seru dan menyenangkan menerjemahkan cerita Tintin. Harus bisa menangkap makna dalam bahasa Inggris, tidak bisa harfiah karena cara pengungkapan bahasa Inggris itu, lanjutnya beda dengan bahasa Indonesia. "Ketiga sumpah serapah Haddock paling menyenangkan meskipun sumpah serapah dia dalam bahasa Indonesia dan Belanda beda beda," kenang Ayon.

Caption: Marion Apitule Sudewo (67), Penerjemah Serial Petualangan Tintin pertama di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *